PEMBUKA
JALANAN DESA. PAGI
IRING-IRINGAN PESERTA VESTIVAL TOPENG BERGERAK MENUJU TANAH LAPANG, TEMPAT FESTIVAL TAHUNAN KHAS DESA ITU BIASA DIGELAR. MERIAH BETUL SUASANANYA. TERDENGAR TETABUHAN PENUH GEREGET. DIPINGGIR JALAN ITU, TAMPAK ORANG-ORANG SEDANG BERGEROMBOL MENONTON DAN MENAMBAH MERIAH SUASANA. MEREKA SALING BERBISIK, MENGOMENTARI, DAN MENGOLOK JUGA. MENGUMPAT DAN MEMEAKI. SUUA UCAPAN SERBA SEPONTAN DAN JUJUR SEHUNGGA TAK SEORANGPUN SAKIT HATI.
KASMUN, BAWOR, GUBIL, DAN TUJI, PEMUDA DESA YANG PALING VOKAL SEDANG MENGOMENTARI PARA CALON PESERTAFESTIVAL TOPENG YANG MENURUT MEREKA “ANEH-ANEH” DAN “LUCU-LUCU”.
Kasmun : Wah ini baru festival. Hebat....hebat, pesertanya benyak betul.
Bawur : Ya. Belum pernah sebanyak ini.
Tuji : Kalau tidak, percuma dong. Sumbangan kiuta tahun ini juga paling besar.
Bawor : Betul, paling besar.
Kasmun : Buset!!! Topeng apaan itu, Parjan? Serem amat. Kayak memedi sawah.
Parjan : Diam kamu. Tahu apa kamu selain cangkul dan combornya Jamilah? Ini seru, monyong!
Orang-orang : (TERTAWA)
Gubil : Apanya yang seni? Berani bertaruh, nggak bakalan menang, Parjan. Jauh.... Jauh.........
Parjan : Menang kalah urusan belakangan, yang penting partisipasi. Dari pada kalian, sawah melulu yang diurus. Sekali-kali ikut festival dongkayak saya. Ini hiburan sehat, rekreasi, sekaligus melestarikan tradisi leluhur.
Kasmun : Leluhur siapa? Leluhur kita sudah lama mati, Parjan. Tradisi ini sudah lama sekarat, tinggal nunggu koit. Kalau Sri Lestari masih ada. Di Jakarta dia jadi babu.
Download File Lengkapnya Di sini
0 Response to "Naskah Drama Festival Topeng"
Posting Komentar