Dikemas 12/04/2003 oleh Editor
...Disadur dari buku "Syech Siti Jenar : Makna Kematian" karya Achmad Chodjim...
...Pada tahun 1975 saya bertemu dengan seorang pengikut aliran penghayat kepada Tuhan YME. Dia tidak mau menjadi pengikut agama yang masih ada sekarang. Katanya agama-agama besar yang ada sekarang ini pada mengajarkan penyembahan "berhala". Lalu, saya bertanya pada beliau, "apakah agama islam juga demikian?" Jawabnya tanpa ragu-ragu :"Ya!. Puncak kesempurnaan orang islam bila sudah menyembah berhala di Mekah, yaitu ketika pergi haji." Kemudian saya mencoba menjelaskan :"Tapi, pak, dari yang saya pernah pelajari, agama tidak mengajarkan bahwa Ka'bah itu Tuhan. Dan, orang tidak meminta kepada Ka'bah. Orang islam tetap berdo'a kepada Allah, Tuhan yang tiada sekutu bagi-Nya. Ka'bah hanyalah tempat do'a yang bertuah. Tempat untuk berdo'a yang mustajab. Mudah dikabulkannya!."
Itu tadi jawaban saya ketika saya masih remaja. Dan, rupanya beliau cuma ingin menguji saya. Emosi saya. Lalu, dia ganti menerangkan kepada saya :"Nah, dik, sebenarnya hakekat dari semua agama itu sama. Orang buddha, atau orang hindu juga menjelaskan seperti anda. Mereka sadar bahwa patung-patung itu sama sekali bukan Tuhan. Juga tidak dapat mendekatkan dirinya kepada Tuhan yang mereka sembah. Juga tidak bisa mengabulkan do'a. Mereka cuma berdo'a di depan arca untuk menumbuhkan suasana hening dan khusyuk dalam berdo'a. Begitulah penjelasan yang saya terima dari mereka sendiri."
Lanjutnya :"Sedangkan saya sendiri tidak memilih satu agama yang ada di indonesia ini, karena semua agama yang ada saat ini merupakan agama impor. Artinya, agama yang kita impor dari negara-negara lain. Dan, terhadap agama impor, rasa dan selera saya tidak pas. Agama adalah jalan hidup. Dan jalan hidup itu telah diberikan Tuhan di bumi nusantara ini."
Saya sangat memahami argumennya. Saya menghormati pilihannya. tidak perlu ada pertikaian karena perbedaan pandangan atau agama. Tak perlu ada yang merasa lebih unggul daripada yang lain. Semua penjelasannya objektif rasional. Emosi tidak turut dilibatkan ketika dia menjelaskan bahwa arca memang tidak menggantikan Tuhan. Juga tidak bisa mendekatkan diri kepada Tuhan...
0 Response to "AGAMA - Cassanova"
Posting Komentar