Bukannya saya bermaksud menggambarkan pola pikir atau mindset seseorang, apalagi menjelaskan tentang karakteristik dari anak bungsu atau anak sulung. Tapi karena terinspirasi melalui broadcast dari seorang teman yang menurut saya cukup menarik untuk di sharing. Tanpa panjang lebar, ini ceritanya.
Alkisah, seorang Ayah memberikan pesan yang sarat akan makna kepada 2 orang anaknya sebelum dirinya menghembuskan nafas terakhirnya. Dimana didikan Ayah yang disampaikan melalui sebuah pesan tersebut ditujukan agar kedua anaknya dapat menjadikan pesan tersebut menjadi ilmu yang mungkin takkan mereka temukan dimanapun.
“Pertama, jangan menagih hutang kepada siapapun. Dan yang kedua, jangan pernah izinkan tubuhmu terkena sinar matahari secara langsung!”, kata sang Ayah kepada kedua anaknya.
Sang anakpun merasa bingung tentang apa yang telah diucapkan oleh Ayahnya kepada mereka. Namun yang ketika itu pesan tersebut tidak dapat ditelaah oleh mereka. Hingga akhirnya sang Ayah pun menghembuskan nafas terakhir, pergi untuk selamanya kembali ke pangkuanNya.
6 tahun berlalu sejak sang Ayah tiada, sang ibu menyempatkan diri untuk melihat kondisi si bungsu yang ternyata bisnisnya yang sangat memprihatinkan. Melihat hal tersebut, lalu sang Ibu bertanya kepada si bungsu, “Wahai anak bungsu ku, kenapa bisnismu jadi seperti ini?!? Apa yang sebenarnya terjadi hingga kau demikian?”. Lalu si Bungsu menjawab, “Aku hanya mengikuti pesan Ayah bu. Aku dilarang untuk menagih piutang kepada siapapun, karena banyak piutang yang tidak di bayar dan lama-lama modal aku habis. Kemudian Ayah juga melarangku untuk terkena sinar matahari secara langsung, sementara aku hanya memiliki sepeda motor. Itulah sebabnya saya selalu pergi dan pulang menggunakan taksi”.
Melihat alasan si Bungsu, sang Ibu merasa sangat prihatin dan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
Beberapa hari kemudian, sang Ibu juga menyempatkan diri untuk melihat dan mengunjungi keadaan si Sulung. Namun keadaannya justru terbalik dari keadaan si Bungsu. Lalu sang Ibu bertanya kepada si Sulung, “Wahai anak Sulung ku, mengapa hidupmu bisa seperti ini? Kamu terlihat bagaikan seseorang yang sangat beruntung?”.
Si Sulung pun menjawab pertanyaan ibunya, “Ini karena aku mengikuti pesan Ayah bu. Aku dilarang menagih hutang kepada siapapun. Maka dari itu, aku tidak pernah memberikan hutang kepada klien bisnisku atau siapapun itu sehingga modalku yang minim bisa tetap utuh dan terus berkembang. Kemudian aku juga mengikuti pesan Ayah yang kedua, aku dilarang terkena sinar matahari secara langsung. Karena aku hanya memiliki sebuah motor tua, aku selalu berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam. Dengan demikian sehingga perlahan banyak orang yang mengetahui bahwa toko yang aku miliki buka dari pagi dan tutup hingga malam hari”.
Si Sulung dan si Bungsu menerima pesan yang sama, namun diantara mereka berdua memiliki sudut pandang yang berbeda. Dan mereka melakukan cara yang berbeda hingga mendapatkan hasil yang juga berbeda.
So, semoga anda dapat memetik pelajaran dengan cara menganggapi sesuatu secara positif dari ‘kisah si Sulung Bungsu dan si Sulung’ di atas.
0 Response to "Pola Pikir si Sulung dan si Bungsu"
Posting Komentar